JENIS-JENIS TENUN IKAT
1. TENUN IKAT LUNGSITenun ikat lungsi adalah kain yang coraknya dibuat pada benang lungsi.urutan pembuatan kain tenun ikat lungsi adalah:
1. Membentang benang lungsi pada alat perentang.kemudian benang diberi tanda pada bagian-bagian yang akan diikat sesuai dengan corak.
2. Mengikat benang lungsi yang sudah ditandai
3. Mencelup dalam larutan warna benang yang sduah dilepas dari bentangan
4. Melepaskan ikatan setelah benang kering
5. Benang yang sudah bercorak digulung dengan alat penggulung lungsi (BUM) lalu dipasang pada alat tenun.setelah terpasang corak hasil ikatan akan terlihat jelas
6. Menenun dengan benang pakan warna polos
2. Teknik tenun ikat pakan
Benang yang diikat adalah benang pakan yang searah dengan lebar kain. setelah benang diikat, dicelup dan dikeringkan benang kemudian digulung pada kumparan atau sekoci yang akan menjalinkannya dengan ada benang lungsi.
1. Membentang benang pakan pada alat perentang, kemudian kumpulan benang pakan itu ditandai menurut corak
2. Mengikat kumpulan benang pakan yang sudah ditandai
3. Melepas kumpulan benang dari bentangan dan mencelupnya dalam larutan warna
4. Mengeringkan ikatan benang yang sudah dicelup
5. Melepas ikatan
6. Menggulung benang yang sudah bercorak pada kumparan
7. Menenun benang lungsi warna polos.
3. TENUN IKAT GANDA
Teknik ikat ini mengikat corak kain pada kumpulan benang lungsi dan benang pakan sekaligus. Corak terbentuk pada persilangan antara benang lungsi dan benang pakan tepat pada titik pertemuannya. Setiap benang bercorak harus bersilang pada titik yang tepat agar corak dapat muncul.
4. TENUN IKAT KHUSUS/ikat tambahan
Yang dimaksud dengan tenun ikat khusus yakni adanya pakan tambah (songket) dan lungsi tambah. Jadi tenun songket merupakan teknik menenun dengan menambahkan bahan lain ke dalam struktur kain. Bahan tambahan yang digunakan yaitu benang emas. Kain-kain dengan teknik ini yaitu tenun songket Sumatra Barat, Jambi, Palembang dan Riau.
JENIS ALAT TENUN
ALAT tenun yang digunakan untuk tenun khusus sama dengan tenun datar yaitu Gedogan, Tijak dan ATBM.
1. GEDOGAN
Gedogan adalah alat tenun yang pada bagian ujungnya diikatkan pada badan penenun. Ujung lainnya dipasang pada bagian rumah atau pohon, oleh karena itu kain yang dihasilkan mempunyai lebar maksimum 80 cm sesuai dengan jangkauan tangan penenun. Penenun dengan gedogan umumnya dilakukan oleh kaum perempuan saat menunggu panen.
Alat tenun Gedogan
ALAT tenun gedogan ada 2 jenis yitu:
1. Gedogan lungsi sinambung
2. Gedogan lungsi tak lanjut/tidak sinambung.
2. Alat tenun TIJAK
Alat tenun yang dapat berdiri sendiri. Alat ini memiliki bingkai-bingkai persegi yang mengikat sejumlah kawat berlubang tempat lewat benang lungsi. Alat tenun ini dilengkapi dengan seperangkat pedal (tijakan) yang berfungsi untuk menaik-turunkan bingkai lungsi.
Naik turunnya bingkai-bingkai diperlukan untuk membuat bukaan diantara susunan benang benang lungsi sehingga benang pakan dapat lewat dengan mudah. Umumnya alat tenun Tijak digunakan secara penuh waktu bukan digunakan untuk kegiatan musiman. Alat ini digunakan untuk membuat kain songket
RAGAM HIAS DI KAIN TENUN
Pada umumnya desain motif ragam hias yang diterakan pada kain dengan songket ini berupa motif: geometris dan stilasi flora dan meander. Terdapat pula motif binatang tertentu; misalnya: berbagai jenis burung, reptilia, dan naga. Seperti burung kakak tua, burung merak, burung phoenix, ayam, itik, motif naga dan sayap burung garuda dsb. Terdapat pula motif yang merupakan unsur hindu, misalnya: nekara, motif bunga manggis. Tetapi pada umumnya dipengaruhi oleh unsur-unsur agama islam.
Bentuk desain geometris menurut masyarakat Minangkabau bersumber dari alam lingkungannya sendiri. Misalnya: motif kaluak paku yang berarti: mencerminkan budi pekerti yang luhur, atau sulur daun pakis, pucuak rebung atau motif tumpal artinya: sifat yang pandai menyesuaikan diri.
Motif yang digunakan dalam kain tenun Riau diambil dari lingkungan sehari-hari seperti tumbuhan, hewan dal alam yang kemudian di stilir menjadi motif yang menarik. Motif asli ini tidak diketahui siapa perancang dan penciptanya. Jenis-jenis motif antara lain: tampuk manggis, bunga melur, bunga cina, bunga tanjung, bunga teratai, bunga kecubung, kaluk paku, akar berjalin, pucuk rebung dll
TENUNAN SONGKET SILUNGKANG
Di Sumatra Barat ada dua daerah yang dikenal sebagai penghasil tenunan songket yang bagus. Selain Pandai Sikek di Kabupaten Tanah Datar, satu lagi adalah Silungkang, Kota Sawahlunto. Tenunan Silungkang mempunyai kelebihan pada motif. Keistimewaan lain terdapat pada ragamnya. Ada songket ikat, songket batabua, penuh, benang dua, dan songket selendang lebar. Keunikan itulah yang membuat songket Silungkang diminati pembeli dari Malaysia dan Singapura.
Asal Usul
Silungkang adalah sebuah desa di Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung, Sumatera Barat, Indonesia. Desa kecil yang luasnya sekitar 4800 hektar ini penduduknya sebagian besar bermatapencaharian dalam bidang pertanian (padi dan palawija). Dahulu, hasil pertaniannya tidak hanya dipasarkan di daerah sekitarnya saja, tetapi juga ke provinsi lain, malahan sampai ke Pahang (Malaysia).
Dewasa ini pengrajin tenun Songket Silungkang tidak hanya memproduksi satu jenis songket tertentu, seperti sarung dan atau kain saja. Akan tetapi, sudah merambah ke produk jenis lain, seperti: gambar dinding, taplak meja, permadani bergambar, baju wanita, sprey, baju kursi, bantal permadani, selendang, serber, kain lap dapur, sapu tangan, bahan kemeja (“hem”), tussor (bahan tenun diagonal), dan taplak meja polos.
Peralatan dan Bahan
Peralatan tenun songket Silungkang sama dengan tenun Pandai Sikek. Peralatan itu pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu.
Peralatan pokok adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh mereka disebut sebagai “panta”. Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini terdiri atas gulungan (suatu alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar tenunan), sisia (suatu alat yang digunakan untuk merentang dan memperoleh benang tenunan), pancukia (suatu alat yang digunakan untuk membuat motif songket, dan turak (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang lain ke benang dasar).
Panta tersebut ditempatkan pada suatu tempat yang disebut pamidangan (tempat khusus untuk menenun songket), di depannya diberi dua buah tiang yang berfungsi sebagai penyangga kayu paso. Gunanya adalah untuk menggulung kain yang sudah ditenun.
Sedangkan, yang dimaksud dengan peralatan tambahan adalah alat bantu yang digunakan sebelum dan sesudah proses pembuatan songket. Alat tersebut adalah penggulung benang yang disebut ani dan alat penggulung kain hasil tenunan yang berbentuk kayu bulat dengan panjang sekitar 1 meter dan berdiameter 5 cm.
Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut benang lusi atau lungsin. Benang tersebut satuan ukurannya disebut palu. Sedangkan, hiasannya (songketnya) menggunakan benang makao atau benang pakan. Benang tersebut satuan ukurannya disebutpak. Benang lusi dan makaoitu pada dasarnya berbeda, baik warna, ukuran maupun bahan seratnya.
Perbedaan inilah yang menyebabkan ragam hias kain songket terlihat menonjol dan dapat segera terlihat karena berbeda dengan tenun latarnya. Di Silungkang dan Pandai Sikek tenunan dasar atau latar biasanya berwarna merah tua (merah vermillion), hijau tua, atau biru tua.
Motif ragam hias Songket Silungkang selain dibentuk dengan benang mas, juga dengan benang berwarna lainnya. Oleh sebab itu, terdapat dua macam kain songket yaitu:
(1) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk oleh benang mas; dan
(2) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk bukan dari benang yang berwarna
emas.
Kain songket yang motifnya dibuat dengan benang mas pemasarannya relatif terbatas karena harganya mahal dan pemakaiannya hanya pada saat ada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu, seperti: perkawinan, batagakgala (penobatan penghulu), dan penyambutan tamu-tamu penting.
Sedangkan, kain songket jenis kedua yang motifnya tidak dibuat dengan benang mas adalah untuk memenuhi pasaran yang lebih luas karena jenis ini tidak hanya untuk busana tradisional, tetapi juga untuk bahan kemeja, selendang, taplak meja dan hiasan dinding.
Sebagai catatan, pada masa lalu pewarnaan benang lusi dilakukan secara tradisional. Caranya, sebelum diberi warna, benang harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan unsur-unsur lain yang akan menghalangi masuknya zat pewarna. Kemudian, benang diberi zat pemutih (soda abu). Zat itu dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko kimia atau apotek. Setelah itu, benang itu dibagi menjadi beberapa bagian yang kemudian dicelup dengan warna yang diperlukan.
Proses selanjutnya adalah mencelupkan benang tersebut ke air panas (mendidih) yang telah diberi zat pewarna tertentu (sesuai selera atau pesanan), kemudian dijemur. Saat ini proses pewarnaan dengan cara-cara tersebut sudah jarang dilakukan sebab penenun dapat langsung membeli benang-warna yang telah banyak diproduksi oleh pabrik-pabrik tekstil.